Company

Revolusi Transportasi Dengan Bus BBG Standar Euro 6

img title

Jakarta, petroenergy.id -- Armada bus Transjakarta sejak bulan Juni tahun 2015 lalu sudah kedatangan 20 bus jenis BBG (Bahan Bakar Gas) bermerk Scania. Dilanjutkan pada 18 April 2016 ada 51 unit bus Scania baru dengan standar Euro 6 yang merupakan hasil rakitan oleh PT United  Tractor (UT). Bus ini diklaim mampu mengurangi gas buang hingga 87,5 persen dan juga hemat bahan bakar. Pengadaan bus ini dianggap langkah yang revolusioner di sektor transportasi nasional. Lalu bagaimana berbagai pihak memandang bus ini?

Ketua Umum Komunitas Bus Mania, Arif Masurip, mengapresiasi terobosan PT Transjakarta dan PT Mayasari Bakti yang meningkatkan standar bus nya. Pasalnya, menggunakan bus standar Euro 6 ini menjadikan momentum perubahan ke penggunaan energi bersih yang minim emisi gas buang. Sebab bus Euro 6 menghasilkan polutan yang amat rendah dari hasil teknologi tertinggi di kelasnya dalam pengolahan emisi bahan bakar.  

“Ini merupakan hal yang revolusioner. Diharapkan dengan bus standar bus Euro 6, polusi di kota Jakarta bisa sedikit berkurang. Tapi berbagai tujuan ini juga harus didukung semua awak bus, manajemen Transjakarta dan pengguna bus untuk selalu memelihara bus dengan baik agar selalu dalam performa yang maksimal,”  ujarnya kepada PetroEnergy, Jumat, (18/11) di Jakarta.

Sementara itu, Ketua Unit Konversi APCNGI (Asosiasi Perusahaan CNG Indonesia) Thomas Nurhakim menyatakan, mendukung semua langkah-langkah revolusioner menjadikan bus Transjakarta berstandar Euro 6. Bahkan ia berharap kedepan semua kendaraan umum mulai dari taxi dan bus dalam atau luar kota bisa menggunakan BBG dengan standar emisi yang sama untuk menghasilkan gas buang yang lebih ramah lingkungan. Pemerintah tidak perlu ragu memulai setahap demi setahap untuk mencapai standar emisi menggunakan BBG.

"Dengan menggunakan BBG, selain bisa mengurangi beban polusi, juga akan mengurangi beban subsidi energi dari APBN. Hasilnya, Negara bisa hemat dan uangnya lebih baik digunakan membangun infrastruktur. Mau tak mau kita memang harus berubah dengan cepat dan melakukan langkah yang revolusioner," katanya kepada PetroEnergy, Sabtu (19/11) di Jakarta.

Namun sayangnya, lanjut Thomas, Pemerintah Indonesia saat ini baru berani ditetapkan standar Euro 3 saja untuk BBG dan standar Euro 2 untuk yang bahan bakar solar. Sehingga ini akan mempersulit mencapai standar emisi yang lebih tinggi. "Kita lihat pengadaan baru bus Transjakarta tahun 2016 sudah kembali menggunakan solar dengan standar Euro 3 padahal peraturan Pemda DKI sudah di rubah dari bahan bakar gas menjadi bahan bakar ramah lingkungan," ujarnya.

"Harusnya jika betul-betul serius untuk menggunakan bus BBG, maka perlu satu regulasi tegas yaitu bus yang beroperasi yaitu harus Euro 6. Dengan demikian kita tidak hanya menjadi pasar untuk teknologi teknologi lawas yang sudah tidak bisa di jual di negara maju,” tambahnya.

Jadi sekali lagi yang lebih penting adalah konsistensi pengadaan bus baru menggunakan BBG.  Nantinya jika harga minyak mentah naik kembali seperti dulu maka kendaraan pribadi sudah leluasa bisa menggunakan BBG karena sudah ditunjang infrastukturi. Thomas melihat pada dasarnya semua bus solar bisa di konversi ke BBG, namun harus dihitung dulu efisiensi dan umur operasi bus tersebut secara ekonomi jika masih layak untuk dilakukan konversi. Mesin solar dikonversi dengan cara yang benar akan memperpanjang umur mesin itu sendiri. Biaya konversinya juga tidak boleh lebih dari satu tahun untuk mencapai titik impas.

Dalam penerapan kendaraan BBG yang penting harus mengerti dari sisi teknis maupun manajemen pengaturan kendaraan BBG termasuk infrastruktur pendukungnya. Informasi dan ketidaktahuan membuat orang enggan dan merasa sulit atau disulitkan menggunakan BBG. “Untuk itu APCNGI dengan senang hati akan memberikan konsultasi teknis dan juga menyelesaikan setiap masalah dan kendala dalam menggunakan kendaraan BBG, “ tandas Thomas.

Sementara itu, Arif Masurip berpendapat kalau untuk saat ini mungkin belum bisa seluruh bus menggunakan BBG. Diantara kendalanya adalah SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas) yang belum menyeluruh atau belum banyak dijumpai dikota lain selain Jakarta. "Tapi saya akui memang akan lebih bagus kalau Pemerintah kedepannya memikirkan hal itu dan produsen mesin bus juga sudah mulai memproduksi bus BBG. Jadi tergantung regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah, apabila nanti ada regulasi yang mengatur bus harus berstandar BBG Euro 6 ya tentu sangat bagus. Tapi tentunya  diimbangi infrastruktur dan SPBG yang jumlahnya diperbanyak, “ tambahnya.

Produk Standar Dunia

Arif Masurip berujar, saat ini baru bus Scania yang bermesin dan sasis premium dengan standar Euro 6. Namun alangkah baiknya jika nanti ada beberapa jenis varian sasis atau mesin selain Scania jadi bisa dijadikan pembanding sekaligus kompetitor agar tidak seolah-olah hanya bus Scania yang mendominasi. "Saya berharap produsen yang lain bisa menandingi atau setidaknya menyamakan. Jangan hanya Scania,” ujarnya.

Senada, Thomas menyatakan bahwa Bus Transjakarta yang sudah memenuhi standar Euro 6 masih hanya bus gandeng merek Scania saat ini. "Yang lain belum bisa. Namun apakah manufaktur lain tidak bisa Euro 6? Jawabannya tentu saja bisa jika mereka serius juga dengan pasar Indonesia. Jika kita masih toleransi dan bersedia membeli standar emisi yang rendah maka manufaktur juga tidak akan menyediakan yang lebih tinggi. Tapi apa manufaktur yang sudah mendapat mandat serius dan siap untuk memasok terus," tanyanya.

Menanggapi hal ini, Sara K. Loebis, Corporate Secretary PT United Tractors Tbk menyatakan, UT selaku distributor bus Scania siap jika diminta terus menambah suplai unit kendaraannya untuk bus Transjakarta. Hingga saat ini sudah ada rencana pesanan bus Scania pada tahun ini dan tahun depan dengan total 260 unit  bus yang terbagi dalam 2 model yaitu; 110 unit Bus Maxi Scania K310IB 6x24 dan 150 unit Bus Low Entry Scania K250UB 4x2. Dalam pemesanan itu terdapat perbedaan, misalnya untuk Mayasari pemesanannya articulated atau bus gandeng dan untuk PT Transjakarta melakukan pemesanan untuk bus tipe low entry. Diharapkan pada semester satu tahun 2017 nanti sudah bisa memenuhi pesanan.

"Pokoknya kita siap. Apalagi saat ini UT sedang pada proses merakit bus di Indonesia melalui anak perusahaan United Tractors Pandu Engineering. Kan paket pesanan bus Scania ini didukung dengan UT Guaranteed Product Support. Artinya, bus-bus gandeng Scania digaransi kepastian ketersediaan spare part, mekanik dan jasa perbaikan. Juga menyediakan layanan 24 jam Scania contact center. Jadi kurang apalagi?", jelasnya  kepada PetroEnergy, Senin, (21/11) di Jakarta.

Selain itu, bus bermesin Scania yang baru sudah memenuhi standar emisi Euro 6 yang ramah lingkungan dan hemat bahan bakar. Hemat pemakaian BBG nya bisa mencapai hingga 1,5 kilometer untuk setiap satu liter setara premium (lsp). "Diharapkan bus-bus baru ini cukup mengisi BBG satu kali per hari,” jelasnya,

Sesuai dengan data yang dimilikinya, Sarah mengklaim pada kondisi Kota Jakarta jarak tempuh maksimal tangki BBG per satu kali pengisian kurang lebih berkisar pada 220 sampai dengan 250 km tergantung pada cara mengemudi operator dan kondisi jalan. “Irit sekali kan? Selain itu, bus Scania baru ini juga memiliki dua lubang pengisian BBG masing-masing di bagian kanan dan kiri bus sehingga dapat diisi dari sisi manapun. Jadi bisa lebih mudah.” tambahnya.

Untuk soal harga, kata Sarah, bila dilihat dari situs e-Katalog LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah). Disana tertera untuk bus Scania model articulated dijual Rp 2,8 miliar, sedangkan untuk low entry Transjakarta dijual Rp 2,5 miliar. "Tapi sebenarnya UT berkomitmen memberikan produk yang handal untuk Transjakarta tidak pada segmen BBG saja. Sebab ada beberapa diantaranya seperti; Bus Maxi, Single Diesel, Single CNG, Low entry dan Double Decker (Bus Tingkat) yang juga menggunakan Bahan Bakar jenis lain.Yang penting produk yang kami tawarkan benar-benar berkualitas tinggi. Itu komitmen kami," tegasnya. (adi)

 

ads-medium ads-medium

Job Posting

No job posted

Oil Price

Exchange Rate

All Category